Mengingat
kembali masa masa SMA itu memang seringkali membuat kita senyum senyum sendiri.
Banyak pengalaman yang gue alami saat SMA. salah satu pengalaman gue waktu SMA
yaitu PTA (Pelantikan Tamu Ambalan). PTA adalah acara pramuka, istilah lainnya camping.
Bisa di bilang ini pengalaman yang mengesankan. Karena Permulaan acara saja
sudah berjemur di lapangan sekolah, alhasil kami berkeringat. Mungkin jika
keringat kami dikumpulkan, bisa menjadi persediaan air sekolah selama seminggu.
Walaupun resikonya adalah bau kecut yang akan menyebar ke seluruh penjuru
sekolah.
Setelah kami
gosong, crispy dan kecut akibat berjemur, Kami mulai berangkat ke daerah
Gunung Bunder, Tempat dimana PTA akan di laksanakan. Kelompok kami membawa satu
gitar, yang berperan sebagai pelepas penat selama melaksanakan PTA. di bayangan
Gue, kami bakal karaokean di perjalanan, Bermain gitar, dan cerita berbagai hal
menarik selama di bis nanti. Namun bayangan tinggallah bayangan, Ternyata kami
berangkat memakai truk TNI, truk dengan warna gelap dan menyerap panas. Alhasil
kami makin gosong, kecut, crispy dan ditambah bau kambing. Mungkin
karena kami di kumpulkan seperti kambing aqiqah, sehingga bau ini begitu
memaksa memasuki hidung kami. Dengan rasa kecewa, Gue masuk dan duduk di dalam
truk TNI itu. Di tengah perjalanan kami habiskan dengan keheningan. Mungkin
karena kami merasa seperti kawanan perampok ikan tongkol yang tertangkap basah
oleh polisi, lalu segera diadili.
Udara mulai
dingin, tanda kami hampir sampai tempat perkemahan. Namun sesaat sebelum tiba
di tempat perkemahan, pantat Gue keram. Gue tebak ini karena kadar lemak di
pantat Gue yang sangat terbatas hingga lemak Gue yang sedikit itu menahan badan
Gue yang selama di dalam truk hanya duduk diam. Yah itulah Gue, kurus pake
banget... Mungkin jika saja ada kertas dan benang, Gue sudah dibuat
melayang-layang di udara sebagai layang-layang alamiah oleh teman teman Gue mayoritas
yang berbadan tegap.
Hari sudah
sore ketika kami tiba di tempat perkemahan, ada yang ganjil pada penempatan tenda
antara perkemahan laki laki dan perempuan. Perkemahan perempuan berada di
tempat yang lebih tinggi, dipenuhi dengan rumput hijau, dan terhalang bukit
kecil yang menghalangi angin berlebihan untuk masuk. Sedangkan perkemahan laki
laki berada di tempat yang lebih rendah, sebelah timurnya adalah jurang, dan
banyak kerikil-kerikil tak lazim. Kerikil-kerikil tersebut seperti sengaja di
tempatkan di perkemahan pria, karena banyak di antaranya merupakan puing puing
bangunan rusak. Suatu rencana pembunuhan yang cerdik.
Tugas pertama
kami di PTA ini adalah membuat tenda. Bukan hal yang sulit bagi kelompok Gue,
Dikarenakan postur tubuh kelompok Gue yang besar (kecuali Gue). Dengan postur
badan seperti itu, mereka bisa dengan mudah menjadi seorang binaraga. Meski
wajah wajah mereka lebih cocok bekerja di rumah pemotongan hewan. Dan terbukti,
dengan satu dua kali hentakan tenaga. Tenda kami telah tegak berdiri, dan
menjadi tenda pertama yang selesai. Karena keahlian kelompok Gue ini, tidak
heran jika salah satu kelompok lain meminta bantuan teman-teman gue untuk
membantu membuat tenda. Kelompok lain ini masih teman-teman sekelas kelompok Gue.
Tapi mereka tidak seKINGKONG kelompok Gue. Bahkan Mereka tidak jauh berbeda
dengan Biri-Biri Amerika Latin. Namun kelebihan mereka adalah mempunyai
persediaan makanan yang berlebihan. ya, Gue rasa itu berlebihan jika membawa
Nugget dan sosis masing- masing satu pack. Mereka mau camping apa
piknik? Tapi makanan berlebihan mereka menjadi suatu kelebihan yang menjadi kelemahan
kelompok Gue. Namun Biri-Biri tetaplah Biri-Biri. Mereka tidak membawa
persediaan minyak sayur yang cukup. Suatu kelebihan yang tidak sempurna dari
sekawanan Biri-Biri.
Hari semakin
sore. hujan gerimis yang baru saja datang, langsung berubah menjadi hujan lebat
yang membawa bencana. Mula-mula, kami masih bertahan dalam tenda di guyuran
hujan deras. Namun di tengah perjuangan mempertahankan tenda, salah satu tenda kelompok roboh, dan satu lainnya kebanjiran. Mungkin jika Gue seorang bocah kampung Gue bakal bilang:
hujan deras. Namun di tengah perjuangan mempertahankan tenda, salah satu tenda kelompok roboh, dan satu lainnya kebanjiran. Mungkin jika Gue seorang bocah kampung Gue bakal bilang:
"EMAAAAAAAAAAK,
HAYANG BAAAALIIIIIIIIK". Namun kami berusaha bertahan, walau angin besar
mulai datang dan membuat tenda kami bocor.
"ITU ADA
AIR HUJAN MASUK, TAMBAL CEPEEEET" kata ketua kelompok Gue.
"SIAP!!"
jawab Gue dengan sigap dan segera menambal kebocoran tersebut dan sesekali
meminum air hujan tersebut, Karena stok air di tenda habis.
Sementara para
peserta laki-laki kerepotan dengan tendanya masing-masing, peserta perempuan
dengan santainya melihat pemandangan kami yang sedang bertempur dengan alam di
pondok yang tersedia. Ya, para peserta perempuan telah berhasil di evakuasi ke
pondok. Sedangkan peserta laki laki... 'Ilang juga ga apa-apa deh'. Mungkin
kami peserta laki laki di anggap sama seperti Kijang yang ada di Istana Bogor.
Yang di biarkan kehujanan begitu saja, dan menunggu orang datang memberi kami wortel
murah pada akhir pekan.
Sekitar
setengah jam kami semua bergelut dengan ganasnya alam di lereng gunung.
Kelompok yang tendanya telah roboh tampak gigit jari. apalagi kelompok yang
tendanya kebanjiran entah sudah berapa liter air hujan yang bercampur dengan
pipis mereka. karena sikap pasrah mereka yang terlihat jelas.
BADAI PASTI
BERLALU. mungkin itu bukan sebagai istilah lagi, bahkan bisa diartikan secara
harfiah oleh kami yang melewati tantangan yang berat semacam itu. Setelah hujan
benar-benar berhenti, barulah peserta pria di evakuasi. Bukan ke tempat yang
aman, tetapi ke tempat yang MUNGKIN CUKUP AMAN, Yaitu sebuah masjid kecil
dengan tembok setinggi setengah badan di masing masing sisinya. tanpa pintu,
tanpa jendela, tanpa kasur, tanpa tv, tanpa internet, dan tanpa Emak....
Malam pertama
pun kami lalui di masjid itu. Seperti teman yang tidur bersama pada umumnya,
kami tidak bisa tidur. Bahkan ada peserta yang sempet-sempetnya curhat kepada
temennya. Ya, memang masa SMA kami adalah masa awal tumbuhnya populasi Labil
nan Galau. Kasian.
Alhasil karena
kondisi yang tidak mendukung diberbagai aspek, diantaranya: orang yang lagi
curhat berisik banget, yang maen kartu apalagi, paling berisik, dan cuaca
mendung bikin sempak lembab. Faktor terakhir adalah faktor utamanya Gue ga bisa
tidur. Apalagi karena sempak yang lembab tersebut mengakibatkan Gue
kentut-kentut, menyebar ke penjuru ruangan, dan baunya yang tidak bisa ditoleransi
lagi. Malam itu menjadi malam yang pilu.
Keesokan paginya....